Source Image, http://sepanjangjk.wordpress.com/
Gedung
Merdeka di jalan Asia-Afrika, Bandung, Indonesia, adalah bersejarah gedung yang
pernah
digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955. Kini gedung ini digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok pertama yang pernah digelar disini tahun 1955.
digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955. Kini gedung ini digunakan sebagai museum yang memamerkan berbagai benda koleksi dan foto Konferensi Asia-Afrika yang merupakan cikal bakal Gerakan Non-Blok pertama yang pernah digelar disini tahun 1955.
Gedung Merdeka in Bandung during the
Asia-Africa Conference in 1955.
-----------------
Arsitektur
bangunan
Bangunan
ini dirancang pada tahun 1926 oleh Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker.
Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandoeng
- yang kemudian menjadi Institut Teknologi Bandung - ITB), dua arsitek Belanda
yang terkenal pada masa itu, Gedung ini kental sekali dengan nuansa art deco
dan gedung megah ini terlihat dari lantainya yang terbuat dari marmer buatan
Italia yang mengkilap, ruangan-ruangan tempat minum-minum dan bersantai terbuat
dari kayu cikenhout, sedangkan untuk penerangannya dipakai lampu-lampu bias
kristal yang tergantung gemerlapan. Gedung ini menempati areal seluas 7.500 m2.
Source image, su.wikipedia.org
----------------
Sejarah
gedung
Bangunan
ini pertama kali dibangun pada tahun 1895 dan dinamakan Sociëteit Concordia,
dan pada tahun 1926 bangunan ini direnovasi seluruhnya oleh Wolff Schoemacher,
Aalbers dan Van Gallen. Gedung Sociëteit Concordia dipergunakan sebagai tempat
rekreasi dan sosialisasi oleh sekelompok masyarakat Belanda yang berdomisili di
kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira,
pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur,
terutama malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk berdansa, menonton
pertunjukan kesenian, atau makan malam.
Source Image, parisvanjava.web.id
------------------
Pada
masa pendudukan Jepang gedung ini dinamakan Dai Toa Kaman dengan fungsinya
sebagai pusat kebudayaan. Pada masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945 gedung ini digunakan sebagai markas pemuda
Indonesia guna menghadapi tentara Jepang yang pada waktu itu enggan menyerahkan
kekuasaannya kepada Indonesia. Setelah pemerintahan Indonesia mulai terbentuk
(1946 - 1950) yang ditandai oleh adanya pemerintahan Haminte Bandung, Negara
Pasundan, dan Recomba Jawa Barat, Gedung Concordia dipergunakan lagi sebagai
gedung pertemuan umum. disini biasa diselenggarakan pertunjukan kesenian,
pesta, restoran, dan pertemuan umum lainnya.
Dengan
keputusan pemerintah Republik Indonesia (1954) yang menetapkan Kota Bandung
sebagai tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Concordia terpilih sebagai
tempat konferensi tersebut. Pada saat itu Gedung Concordia adalah gedung tempat
pertemuan yang paling besar dan paling megah di Kota Bandung . Dan lokasi nya
pun sangat strategis di tengah-tengah Kota Bandung serta dan dekat dengan hotel
terbaik di kota ini, yaitu Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger. Dan mulai
awal tahun 1955 Gedung ini dipugar dan disesuaikan kebutuhannya sebagai tempat
konferensi bertaraf International, dan pembangunannya ditangani oleh Jawatan
Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Barat yang dimpimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso,
dan pelaksana pemugarannya adalah : 1) Biro Ksatria, di bawah pimpinan R.
Machdar Prawiradilaga 2) PT. Alico, di bawah pimpinan M.J. Ali 3) PT. AIA, di
bawah pimpinan R.M. Madyono. Setelah terbentuk Konstituante Republik Indonesia
sebagai hasil pemilihan umum tahun 1955, Gedung Merdeka dijadikan sebagai
Gedung Konstituante. Karena Konstituante dipandang gagal dalam melaksanakan
tugas utamanya, yaitu menetapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara,
maka Konstituante itu dibubarkan oleh Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959.
Selanjutnya, Gedung Merdeka dijadikan tempat kegiatan Badan Perancang Nasional
dan kemudian menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
yang terbentuk tahun 1960.
-----------------------
Meskipun
fungsi Gedung Merdeka berubah-ubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan
yang dialami dalam perjuangan mempertahankan, menata, dan mengisi kemerdekaan
Republik Indonesia , nama Gedung Merdeka tetap terpancang pada bagian muka
gedung tersebut. Pada tahun 1965 di Gedung Merdeka dilangsungkan Konferensi
Islam Asia Afrika. Pada tahun 1971 kegiatan MPRS di Gedung Merdeka seluruhnya
dialihkan ke Jakarta . Setelah meletus pemberontakan G30S, Gedung Merdeka
dikuasai oleh instansi militer dan sebagian dari gedung tersebut dijadikan
sebagai tempat tahanan politik G30S. Pada bulan Juli 1966, pemeliharaan Gedung
Merdeka diserahkan oleh pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Tingkat I
Propinsi Jawa Barat, yang selanjutnya oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi
Jawa Barat diserahkan lagi pelaksanaannya kepada Pemerintah Daerah Tingkat II
Kotamadya Bandung. Tiga tahun kemudian, tanggal 6 Juli 1968, pimpinan MPRS di
Jakarta mengubah surat keputusan mengenai Gedung Merdeka (bekas Gedung MPRS)
dengan ketentuan bahwa yang diserahkan adalah bangunan induknya, sedangkan
bangunan-bangunan lainnya yang terletak di bagian belakang Gedung Merdeka masih
tetap menjadi tanggung jawab MPRS.
Pada
Maret 1980 Gedung ini kembali dipercayakan menjadi tempat peringatan Konferensi
Asia Afrika yang ke-25. Pada puncak peringatannya diresmikan Museum Konferensi
Asia Afrika oleh Soeharto, Presiden Republik Indonesia kedua.