Balai Kota Padang tempo dulu
-----------------------
Balai
Kota Padang (bahasa Belanda: Gemeentehuis Padang) adalah salah satu bangunan
berarsitektur
kolonial peninggalan pemerintah Hindia-Belanda di Indonesia yang
berada di Jalan M. Yamin (sebelumnya Jalan Raaffweg pada masa kolonial) di
Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat. Bangunan yang berada tidak
jauh dari Pasar Raya Padang ini berhadapan langsung dengan Plein van Rome (kini
Lapangan Iman Bonjol) dan dikelilingi oleh berbagai pusat perkantoran
pemerintahan.
Bangunan
dengan ciri khas sebuah menara jam ini diarsiteki oleh seorang arsitek dan
perencana wilayah pemukiman dan perkotaan berkebangsaan Belanda dari Amsterdam
bernama Ir. Thomas Karsten. Pembangunannya mulai dilakukan pada tahun 1931 dan
selesai pada tahun 1936 dengan biaya mencapai f 120.000.
Balai Kota Padang
Source Image, bappeda.padang.go.id
--------------------
Sejarah
Aktivitas
Pemerintah Kota Padang (pada saat itu berstatus kota praja) pada tahun 1906
terfokus hanya pada satu bangunan, yaitu di Kantor Asisten Residen, Kawasan
Muaro. Namun, kapasitas bangunan tersebut tidak memadai sedangkan kegiatan para
abdi masyarakat pada saat itu sangat banyak sehingga timbul keinginan untuk
membangun suatu gedung yang lebih representatif. Pembahasan tentang pembangunan
gedung balai kota terus bergulir sampai akhirnya muncul kesepakatan pada tahun
1910. Setelah dilakukan penghitungan anggaran, maka pembangunan dapat
dilaksanakan dengan anggaran sekitar f 16.000. Tingginya anggran biaya tersebut
membuat rencana pembanguanan sempat tertunda. Pada tahun 1917, keinginan untuk
membangun gedung balai kota kembali muncul. Pemerintah setempat berencana
membeli sebidang tanah untuk kantor balai kota dan pasar, tetapi rencana ini
kembali gagal karena keterbatasan anggaran. Pada tahun 1928, aktivitas
pemerintah Kota Padang dipindahkan karena kondisi gedung yang sudak tidak layak
pakai; untuk sementara menempati sebuah kantor sewaan di Sungai Bongweg atau
yang saat ini berlokasi di sekitar Jalan Imam Bonjol, di samping Masjid Nurul
Iman.
Pada
pertengahan tahun 1928 Kota Padang mengalami depresi yang berimbas kepada
turunnya harga tanah. Kesempatan ini dijadikan sebagai motor penggerak untuk
merealisasikan pembangunan gedung balai kota sampai akhirnya terwujud
kesepakatan dan kawasan untuk pembangunan gedung sudah siap untuk dikerjakan.
Pada tahun 1936, gedung balai kota ini selesai dibangun dan siap untuk
ditempati.
Balai Kota Padang
Source Image, skyscrapercity.com
----------------------
Kondisi
saat ini
Wali
Kota (Burgemeester) Padang yang pertama adalah Mr. W. M. Ouwerkkerk dipilih
pada tahun 1928, dan memerintah sampai tahun 1940, kemudian digantikan oleh D.
Kapteijn sampai masuknya Jepang pada tahun 1942. Setelah melewati sejarah
panjang, keberadaan balai kota ini menjadi salah satu dari beberapa bangunan
peninggalan kolonial Belanda di Padang yang masih bertahan keberadaanya sampai
sekarang, sementara bangunan-bangunan lainnya seperti kantor polisi, tangsi
atau penjara yang berada di sebelahnya, kantor pos, rumah bola, kantor telepon,
dan bangunan-bangunan penting lainnya di sekitar Plein van Rome (Lapangan Iman
Bonjol sekarang) hilang tak berbekas dan tergantikan dengan bangunan-bangunan
baru.
Meskipun
gempa bumi berulang kali melanda Kota Padang, bangunan ini tetap berdiri dengan
kokoh. Seiring rencana pemindahan pusat Pemerintahan Kota Padang ke kekawasan
Air Pacah di Kecamatan Koto Tangah, bangunan ini akan dijadikan Heritage
Museum, yang akan memuat sejarah panjang Kota Padang dari masa ke masa.